Daftar Lengkap Istilah Pandemi Virus Corona Covid-19
Sempat diremehkan karena dianggap tidak seberbahaya SARS, MERS maupun flu babi yang sama-sama ditularkan oleh keluarga virus Corona. Nyatanya pneumonia khas Wuhan yang kemudian dikenal sebagai Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) menjadi tragedi mengerikan, karena telah menjadi pandemi secara global.
Angka positif penderita ini telah menginfeksi lebih dari dua juta orang di seluruh dunia dengan kematian mencapai ratusan ribu orang. Dengan peringkat tertinggi direngkuh oleh Amerika Serikat, disusul oleh Spanyol, Italia, Iran dan China.
Tahun 2020 menjadi tahun kelabu karena akibat merebaknya virus ini, dunia menjadi lumpuh. Tidak hanya menyebabkan masalah kesehatan saja. Tapi juga sudah mempengaruhi aspek ekonomi, sosial hingga politik.
Berikut beberapa istilah populer yang terkait dengan Covid-19 ini :
Covid-19 atau Corona Virus Disease 2019, merupakan nama resmi yang diberikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (11/2/2020) untuk menyebut nama sindrom penyakit yang ditimbulkan oleh virus ini. Sementara nama varian virus penyebabnya sendiri adalah Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 atau disingkat SARS-CoV-2.
Sementara penyakit lainnya yang disebabkan oleh keluarga Corona ini seperti SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan MERS CoV (Middle East Respiratory Syndrome).
Adalah jenis keluarga besar virus yang banyak menularkan penyakit pernafasan, mulai dari yang 'sepele' seperti pilek/influenza biasa dengan gejala umum seperti batuk, demam, gangguan tenggorokan, atau hidung meler hingga yang berbahaya dan mematikan seperti radang paru-paru atau pneumonia yang menyebabkan kematian.
Corona sendiri berasal dari bahasa latin yang berarti mahkota. Disebut demikian karena virus Corona memiliki duri-duri khas di permukaannya.
Saat ini dikenal ada 7 jenis Virus Corona (HCoVs) yang berhasil diidentifikasi, yakni :
1. HCoV-229E.
2. HCoV-OC43.
3. HCoV-NL63.
4. HCoV-HKU1.
5. SARS-CoV (yang menyebabkan sindrom pernapasan akut).
6. MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah).
7. SARS-CoV (yang menyebabkan Covid-19)
Istilah di atas untuk membatasi pergerakan manusia dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Terutama dari wilayah yang patut diduga telah menjadi epicentrum wabah seperti Jakarta maupun daerah-daerah lain yang masuk dalam zona merah.
Lockdown artinya mengunci secara total setiap pintu masuk wilayahnya. Lockdown diberlakukan pada level negara atau wilayah dalam suatu negara yang meliputi wilayah luas. Di mana, negara melakukan pengawasan ketat pergerakan warganya, bahkan pada level tertentu, dilarang keluar rumah.
Karantina wilayah maupun PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) merupakan bentuk lokal dari lockdown. Di Indonesia, beberapa daerah sudah menerapkan karantina wilayah atau PSBB ini, seperti Jakarta dan daerah penyangga di sekitarnya Bogor, Depok dan Bekasi.
Di lapangan, physical distancing diterapkan dalam bentuk jaga jarak minimal 1,5 meter hingga 4 meter antar individu yang berada di ruangan terbuka. Seperti saat antrian, di dalam lift, di ruang tunggu hingga di dalam ruang rapat.
Hand sanitizer merupakan cairan atau gel yang umumnya digunakan untuk mengurangi patogen pada tangan. Keampuhan hand sanitizer (yang mengandung alkohol 60-100%) diklaim lebih ampuh dibanding cuci tangan dengan air atau sabun biasa. Diutamakan untuk dipakai di tempat pelayanan kesehatan. Dan jauhkan dari jangkauan anak-anak, karena menjadi racun untuk mereka yang masih balita.
Sedangkan antibiotik adalah kelompok obat yang digunakan untuk membunuh bakteri yang menginfeksi tubuh pasien. Ampuh untuk membunuh bakteri namun kehilangan daya bunuhnya terhadap keluarga virus.
Sementara disinfektan adalah cairan suci hama yang digunakan untuk membersihkan alat-alat kedokteran, tempat tidur pasien hingga ruangan perawatan. Efektif untuk membunuh kuman dan bakteri serta virus namun berbahaya jika disemprotkan secara langsung ke tubuh mahluk hidup, seperti manusia dan hewan.
APD atau Alat Pengaman Diri merupakan seragam khusus yang harus dikenakan oleh tenaga medis untuk menghindari diri dari kondisi yang membahayakan dirinya. APD atau hazmat terdiri dari pakaian tak tembus air, pelindung mata, sarung tangan karet, sepatu karet hingga masker medis.
APD selain sepatu karet, bersifat sekali pakai. Sudah dipakai segera dimusnahkan. Itulah mengapa kebutuhan APD menjadi sangat tinggi di saat wabah seperti Covid-19 memuncak. Setidaknya seorang tenaga medis minimal mengenakan APD selama 6 jam.
Respek untuk tenaga medis! Karena dalam rentang selama itu, mereka menahan diri untuk tidak minum dan kegiatan apapun yang bisa mengharuskan mereka membuka APD. Bahkan dalam kondisi tertentu mereka langsung mengenakan diapers.
ODP artinya Orang Dalam Pengawasan, yakni mengacu kepada orang yang memiliki gejala ringan seperti batuk, sakit tenggorokan, demam, tetapi penelusuran riwayat perjalannya tidak ada kontak erat dengan penderita positif.
ODP biasanya tidak perlu rawat inap di rumah sakit tetapi akan diminta untuk melakukan isolasi secara mandiri di rumah, setidaknya selama 14 hari hingga 21 hari hingga kondisinya membaik.
Sementara PDP atau Pasien dalam Pengawasan adalah mereka yang memiliki gejala lebih berat dari ODP seperti demam, batuk, sesak nafas, sakit tenggorokan. Atau dari hasil observasi ada saluran nafas bawah yang terganggu.
Selain itu PDP memiliki riwayat kontak erat dengan penderita Covid-19 positif dan melakukan perjalanan ke wilayah terdampak. Kalau di Indonesia, pernah melakukan perjalanan ke Jakarta, Batam dan zona merah lainnya yang berada di Pulau Jawa.
Orang dengan PDP akan diobservasi melalui proses cek laboratorium yang hasilnya akan dilaporkan kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes RI.
Pasien Positif, adalah sebutan untuk mereka yang dinyatakan positif menderita Covid-19 setelah dilakukan serangkaian tes, seperti seperti cek darah, rontgen paru-paru hingga swab. Pasien ini harus segera diisolasi di rumah sakit atau tempat-tempat yang menjadi rujukan Covid-19 secara nasional.
Setelah ketiga istilah di atas, masih ada satu lagi yakni Orang Tanpa Gejala (OTG). Seiring dengan penemuan-penemuan ahli yang menunjukkan beberapa gejala/symptom yang tidak lagi spesifik, muncul istilah OTG atau suspect.
OTG merupakan individu yang tidak menunjukkan gejala khas virus corona, seperti demam tinggi, sakit tenggorokan hingga kesulitan bernafas.
Salah satu gejala yang umumnya ada yakni menghilangnya kemampuan mengecap rasa maupun mencium bau. Ini biasanya menyerang para pasien muda. Indikasi medis menyebutkan jika virus Covid-19 tengah berdiam di hidung.
Sebelum merebaknya penyakit virus Corona (Covid-19) ini, kita juga mengenal wabah seperti Flu Burung, Flu Babi dan SARS. Namun tidak menjadi pandemi seperti Corona ini.
Apa beda wabah, epidemi, endemi hingga Pandemi ini? Keempat istilah tersebut mendadak populer seiring dengan merebaknya Covid-19. FYI, istilah-istilah tadi masuk ke dalam disiplin ilmu epidimiologi.
Wabah merupakan penyebaran penyakit secara luas di satu wilayah dan sekitarnya pada banyak orang dalam waktu berdekatan.
Epidemi setingkat di atas wabah, di mana penyakit yang timbul sebagai kasus baru pada suatu populasi tertentu manusia, dalam suatu periode waktu tertentu, dengan laju penularan melampaui perkiraan. Bahasa sederhananya, epidemi mengacu pada penularan penyakit baru dengan cepat.
Endemi merupakan istilah untuk menyebut suatu penyakit yang menyebar dengan cepat dan berlaku di suatu wilayah/populasi tanpa adanya pengaruh dari luar. Biasanya perilaku ini akan menimbulkan penyakit endemik, yakni suatu penyakit yang ditemukan khas pada daerah tertentu.
Pandemi adalah epidemi /wabah global. Di mana banyak wilayah yang terjangkit penyakit menular dalam kurun waktu tertentu dan penyebaran terjadi begitu cepat.
Wikipedia menyebutkan, menurut WHO, tiga syarat suatu penyakit menular disebut pandemi jika :
1. Penyakit tersebut merupakan penularan baru pada sebuah populasi,
2. Terjadi proses infeksi pada manusia dan menyebabkan sakit serius, dan
3. Pembawa penyakit (virus/bakteri) menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada manusia.
Akan tetapi, suatu penyakit atau keadaan tidak dapat dikatakan sebagai pandemi hanya karena menewaskan banyak orang. Sebagai contoh, kelas penyakit yang dikenal sebagai kanker menimbulkan angka kematian yang tinggi namun tidak digolongkan sebagai pandemi karena tidak ditularkan.
Infodemik atau infodemi adalah keberlimpahan informasi mengenai suatu permasalahan yang justru dapat mengaburkan solusi atas permasalahan tersebut. Berasal dari kata "informasi" dan "pandemi", kata ini belum masuk ke dalam KBBI. Informasi begitu banyak, baik yang disuarakan oleh media mainstream, rumor yang berkembang dan viral di media sosial maupun kutipan anonim yang belum bisa dipertanggungjawabkan keabsahannya.
Next update ....
9. Status Darurat Sipil hingga Bencana Nasional
10. Transmisi Lokal, Impor hingga Zonasi Kuning dan Merah
11. Masker medis hingga masker tiga lapis
12. Stay Home, Work From Home hingga aplikasi Zoombombing
13. Droplet, Airborn hingga
14. Karantina Mandiri (Self Quarantine)
Poin-poin di atas akan terus diperbaharui, sesuai dengan perkembangan yang ada. (*)
Angka positif penderita ini telah menginfeksi lebih dari dua juta orang di seluruh dunia dengan kematian mencapai ratusan ribu orang. Dengan peringkat tertinggi direngkuh oleh Amerika Serikat, disusul oleh Spanyol, Italia, Iran dan China.
Tahun 2020 menjadi tahun kelabu karena akibat merebaknya virus ini, dunia menjadi lumpuh. Tidak hanya menyebabkan masalah kesehatan saja. Tapi juga sudah mempengaruhi aspek ekonomi, sosial hingga politik.
Berikut beberapa istilah populer yang terkait dengan Covid-19 ini :
1. Covid-19
Sementara penyakit lainnya yang disebabkan oleh keluarga Corona ini seperti SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan MERS CoV (Middle East Respiratory Syndrome).
2. Virus Corona
Wujud asli virus Corona yang diambil menggunakan mikroskop elektron. FOTO :NIAID Integrated Research Facility (IRF) via REUTERS |
Corona sendiri berasal dari bahasa latin yang berarti mahkota. Disebut demikian karena virus Corona memiliki duri-duri khas di permukaannya.
Saat ini dikenal ada 7 jenis Virus Corona (HCoVs) yang berhasil diidentifikasi, yakni :
1. HCoV-229E.
2. HCoV-OC43.
3. HCoV-NL63.
4. HCoV-HKU1.
5. SARS-CoV (yang menyebabkan sindrom pernapasan akut).
6. MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah).
7. SARS-CoV (yang menyebabkan Covid-19)
3. Lockdown, karantina wilayah hingga PSBB
Lockdown artinya mengunci secara total setiap pintu masuk wilayahnya. Lockdown diberlakukan pada level negara atau wilayah dalam suatu negara yang meliputi wilayah luas. Di mana, negara melakukan pengawasan ketat pergerakan warganya, bahkan pada level tertentu, dilarang keluar rumah.
Karantina wilayah maupun PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) merupakan bentuk lokal dari lockdown. Di Indonesia, beberapa daerah sudah menerapkan karantina wilayah atau PSBB ini, seperti Jakarta dan daerah penyangga di sekitarnya Bogor, Depok dan Bekasi.
4. Social Distance, Social Distancing hingga Physical Distancing
Contoh physical distancing di ruang tunggu dengan tanda silang (x) merah berarti harus dikosongkan. (FOTO: Radar Surabaya) |
Social distancing ataupun Physical distancing mempunyai arti harfiah jaga jarak. Ini mengacu pada cara penularan virus Corona melalui droplet (percikan air liur) yang terlempar ke udara dari penderita kepada orang yang berada di sekitarnya.
Di lapangan, physical distancing diterapkan dalam bentuk jaga jarak minimal 1,5 meter hingga 4 meter antar individu yang berada di ruangan terbuka. Seperti saat antrian, di dalam lift, di ruang tunggu hingga di dalam ruang rapat.
5. Hand sanitizer, anti biotik hingga disinfektan
Hand Sanitizer. (FOTO: Liputan6) |
Seiring dengan anjuran untuk sering-sering mencuci tangan, guna menghindarkan diri dari penularan Covid-19, kita juga sering mendengar istilah hand sanitizer dkk.
Hand sanitizer merupakan cairan atau gel yang umumnya digunakan untuk mengurangi patogen pada tangan. Keampuhan hand sanitizer (yang mengandung alkohol 60-100%) diklaim lebih ampuh dibanding cuci tangan dengan air atau sabun biasa. Diutamakan untuk dipakai di tempat pelayanan kesehatan. Dan jauhkan dari jangkauan anak-anak, karena menjadi racun untuk mereka yang masih balita.
Sedangkan antibiotik adalah kelompok obat yang digunakan untuk membunuh bakteri yang menginfeksi tubuh pasien. Ampuh untuk membunuh bakteri namun kehilangan daya bunuhnya terhadap keluarga virus.
Sementara disinfektan adalah cairan suci hama yang digunakan untuk membersihkan alat-alat kedokteran, tempat tidur pasien hingga ruangan perawatan. Efektif untuk membunuh kuman dan bakteri serta virus namun berbahaya jika disemprotkan secara langsung ke tubuh mahluk hidup, seperti manusia dan hewan.
6. Pengertian APD (Alat Pengaman Diri)
Alat Pelindung Diri lengkap yang dikenakan tenaga kesehatan (FOTO: Potal Kepriprov) |
APD selain sepatu karet, bersifat sekali pakai. Sudah dipakai segera dimusnahkan. Itulah mengapa kebutuhan APD menjadi sangat tinggi di saat wabah seperti Covid-19 memuncak. Setidaknya seorang tenaga medis minimal mengenakan APD selama 6 jam.
Respek untuk tenaga medis! Karena dalam rentang selama itu, mereka menahan diri untuk tidak minum dan kegiatan apapun yang bisa mengharuskan mereka membuka APD. Bahkan dalam kondisi tertentu mereka langsung mengenakan diapers.
7. ODP, PDP, Positif, dan OTG
Ilustasi (FOTO: Kumparan) |
ODP biasanya tidak perlu rawat inap di rumah sakit tetapi akan diminta untuk melakukan isolasi secara mandiri di rumah, setidaknya selama 14 hari hingga 21 hari hingga kondisinya membaik.
Sementara PDP atau Pasien dalam Pengawasan adalah mereka yang memiliki gejala lebih berat dari ODP seperti demam, batuk, sesak nafas, sakit tenggorokan. Atau dari hasil observasi ada saluran nafas bawah yang terganggu.
Selain itu PDP memiliki riwayat kontak erat dengan penderita Covid-19 positif dan melakukan perjalanan ke wilayah terdampak. Kalau di Indonesia, pernah melakukan perjalanan ke Jakarta, Batam dan zona merah lainnya yang berada di Pulau Jawa.
Orang dengan PDP akan diobservasi melalui proses cek laboratorium yang hasilnya akan dilaporkan kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes RI.
Pasien Positif, adalah sebutan untuk mereka yang dinyatakan positif menderita Covid-19 setelah dilakukan serangkaian tes, seperti seperti cek darah, rontgen paru-paru hingga swab. Pasien ini harus segera diisolasi di rumah sakit atau tempat-tempat yang menjadi rujukan Covid-19 secara nasional.
Setelah ketiga istilah di atas, masih ada satu lagi yakni Orang Tanpa Gejala (OTG). Seiring dengan penemuan-penemuan ahli yang menunjukkan beberapa gejala/symptom yang tidak lagi spesifik, muncul istilah OTG atau suspect.
Ilustrasi perawatan pasien Covid-19. (FOTO : Okezone) |
Salah satu gejala yang umumnya ada yakni menghilangnya kemampuan mengecap rasa maupun mencium bau. Ini biasanya menyerang para pasien muda. Indikasi medis menyebutkan jika virus Covid-19 tengah berdiam di hidung.
8. Wabah, Epidemi, Endemi hingga Pandemi
Ilustrasi Pandemi. (FOTO: Tribunnews) |
Wabah merupakan penyebaran penyakit secara luas di satu wilayah dan sekitarnya pada banyak orang dalam waktu berdekatan.
Epidemi setingkat di atas wabah, di mana penyakit yang timbul sebagai kasus baru pada suatu populasi tertentu manusia, dalam suatu periode waktu tertentu, dengan laju penularan melampaui perkiraan. Bahasa sederhananya, epidemi mengacu pada penularan penyakit baru dengan cepat.
Endemi merupakan istilah untuk menyebut suatu penyakit yang menyebar dengan cepat dan berlaku di suatu wilayah/populasi tanpa adanya pengaruh dari luar. Biasanya perilaku ini akan menimbulkan penyakit endemik, yakni suatu penyakit yang ditemukan khas pada daerah tertentu.
Pandemi adalah epidemi /wabah global. Di mana banyak wilayah yang terjangkit penyakit menular dalam kurun waktu tertentu dan penyebaran terjadi begitu cepat.
Wikipedia menyebutkan, menurut WHO, tiga syarat suatu penyakit menular disebut pandemi jika :
1. Penyakit tersebut merupakan penularan baru pada sebuah populasi,
2. Terjadi proses infeksi pada manusia dan menyebabkan sakit serius, dan
3. Pembawa penyakit (virus/bakteri) menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada manusia.
Akan tetapi, suatu penyakit atau keadaan tidak dapat dikatakan sebagai pandemi hanya karena menewaskan banyak orang. Sebagai contoh, kelas penyakit yang dikenal sebagai kanker menimbulkan angka kematian yang tinggi namun tidak digolongkan sebagai pandemi karena tidak ditularkan.
9. Rapid Test, Swab Test, hingga PCR
Tenaga medis menunjukkan alat swab spesimen. (FOTO: katadata) |
Untuk membuktikan apakah seseorang positif menderita Covid-19 atau tidak, perlu dilakukan observasi lanjutan, dengan didahului oleh gejala-gejala khas maupun OTG. Sedangkan, tes swab dipakai untuk menentukan status orang dengan PDP, apakah positif atau negatif.
Rapid Test merupakan tes tingkat pertama yang digunakan. Butuh 10 sampai 30 menit saja sudah keluar hasilnya. Tes ini mengambil sampel darah suspect untuk melihat ada atau tidaknya antibodi IgG dan IgM yang ada di dalam darah.
Antibodi itu terbentuk di tubuh saat kita mengalami infeksi virus. Jadi, jika di tubuh terjadi infeksi virus, maka jumlah IgG dan IgM di tubuh akan bertambah. Sayangnya, tes ini tidak akurat. Karena antibodi IgG dan IgM akan muncul secara umum, baik oleh virus Corona atau virus bentuk lain.
Rapid test sangat bermanfaat sebagai skrining awal. Jika positif, sangat dianjurkan untuk observasi lanjutan dengan mtode swab test, yakni mengambil sampel dari tenggorokan atau hidung. Jika negatif, bukan berarti PDP pasti 100% tidak terkena.
Sangat dianjurkan untuk memeriksakan kembali dengan rapid test 7 hari kemudian.
Sementara metode sapuan lendir atau swab, adalah metode yang paling akurat dalam mendeteksi virus SARS-Cov2 pencetus Covid-19. Tentu saja, berbeda dengan rapid test, pemeriksaan metode ini jauh lebih rumit dan lama.
Untuk lebih jelasnya, berikut tahapan swab test dengan metode PCR :
- Pasien akan diminta untuk duduk di kursi. Lalu, tenaga kesehatan akan memasukkan alat yang berbentuk seperti cotton bud, namun lebih panjang. Teknik swab dilakukan untuk menyapukan alat tersebut ke area belakang hidung untuk mendapatkan cairan atau lendir yang terdapat di area tersebut.
- Setelah itu, alat swab akan dimasukkan ke tabung khusus dan ditutup. Spesimen ini selanjutnya dikirim ke laboratorium untuk diperiksa menggunakan teknik PCR.
- PCR intinya adalah pemeriksaan untuk mencocokkan DNA atau RNA yang dipunyai virus. Dengan teknik PCR, DNA atau RNA yang ada pada sampel dari swab tadi akan direplikasi atau digandakan sebanyak mungkin. DNA atau RNA dari sampel tersebut akan dicocokkan dengan susunan DNA SARS-Cov2 yang sebelumnya sudah ada.
- Jika cocok, maka pasien dinyatakan positif terinfeksi Covid-19. Sebaliknya jika tidak, berarti negatif.
8. Infodemi (Infodemi)
Infodemik atau infodemi adalah keberlimpahan informasi mengenai suatu permasalahan yang justru dapat mengaburkan solusi atas permasalahan tersebut. Berasal dari kata "informasi" dan "pandemi", kata ini belum masuk ke dalam KBBI. Informasi begitu banyak, baik yang disuarakan oleh media mainstream, rumor yang berkembang dan viral di media sosial maupun kutipan anonim yang belum bisa dipertanggungjawabkan keabsahannya.
Next update ....
9. Status Darurat Sipil hingga Bencana Nasional
10. Transmisi Lokal, Impor hingga Zonasi Kuning dan Merah
11. Masker medis hingga masker tiga lapis
12. Stay Home, Work From Home hingga aplikasi Zoombombing
13. Droplet, Airborn hingga
14. Karantina Mandiri (Self Quarantine)
Poin-poin di atas akan terus diperbaharui, sesuai dengan perkembangan yang ada. (*)