Belajar dari Pandemi Covid-19, Segera Hijrah ke Online!
Tahun 2020 telah berlalu. Tahun yang sangat suram bagi seluruh dunia. Semua sektor terdampak oleh virus yang diketahui muncul November 2019 itu. Bukan hanya para masyarakat kalangan bawah yang terpengaruh, para pekerja kerah putih, pebisnis hingga sekelas pemerintah pun banyak yang limbung dan terancam kolaps.
Pandemi Covid-19 telah memporak-porandakan tatanan sosial dan ekonomi secara global. Tak sedikit bisnis yang bertumbangan.
Bahkan saya pribadi pun terkena. Gaji saya terpangkas 60%! Di mana, saat pandemi virus Corona mulai menggila pada awal tahun lalu, perusahaan tempat saya bekerja terdampak oleh turunnya omset. Hanya bersisa 40% saja.
Akibatnya, kami para karyawan terpaksa dibuat shift jadwal masuk kerja. Sehari kerja, esoknya libur. Libur ya, bukan work from home (WFH). Konsekuensinya, karena diliburkan, maka penghasilan pun dipotong.
Berat sekali rasanya. Bagaimana tidak, Bulan November 2019 saya menandatangani akad pembiayaan pembangunan rumah di salah satu bank syariah, Ndilala, bulan April 2020 gaji saya tinggal separuh.
Betapa stresnya saya saat itu, mau bayar hutang pakai apa? Jika sisa gaji hanya cukup untuk makan?
Untunglah, seperti kata orang, selalu ada hikmah dari setiap peristiwa.
Pertama, terima kasih kepada Pak Presiden Jokowi, yang memberikan kebijakan relaksasi kredit. Melalui bank tempat saya melakukan akad, saya mendapat kelonggaran relaksasi kredit selama satu tahun ke depan.
Bukan tidak membayar, tapi cukup membayar sesuai kemampuan. Untuk itu saya melakukan akad lagi. Dan saya ambil separuh saja dari angka kewajiban seharusnya. Cukup membayar angsuran satu jutaan.
Yang kedua, meskipun bekerja, saya tetap menjalankan usaha freelance saya. Ya, saya menjual jasa desain grafis secara online. Dengan memanfaatkan website dan pesan instan Whatsapp.
Saya bersyukur, dari penawaran jasa online ini, setidaknya masih bisa bernafas lega. Walau tak senormal dalam keadaan biasa. Namun cukuplah untuk dapur tetap ngebul dan kebutuhan kuota tetap terpenuhi tiap bulannya.
Dari situ saya tersadar. Potensi mengonlinekan usaha kita, baik produk maupun jasa. Inilah saatnya untuk segera berkemas masuk ke dunia online.
Hal ini didukung pula dengan fakta, bahwa jumlah transaksi digital uang online dan transaksi ecommerce ternyata melesat jauh di masa pandemi! Ini seakan anomali. Di saat banyak tempat wisata yang tutup, hotel-hotel pada bangkrut dan mal mulai sepi, justru transaksi pesan makanan online semakin gencar, belanja suplemen kesehatan, APD hingga sepeda malah meningkat.
Infografis di bawah merekam data-data tersebut :
Karena ternyata, orang punya waktu berlimpah saat WFH atau berdiam diri di rumah. Sambil rebahan, mereka tetap konsisten skrol akun sosmed mereka. Juga mencari-cari barang kebutuhan di marketplace.
Mereka pun - atau bahkan kita sendiri, menjadi lebih intens browsing menu baru setiap hari dan memesannya via ojek online dan membayarnya dengan saldo uang digital. Bahkan, kini pesan sayur dan bahan lauk-pauk mentah pun bisa dilakukan secara online.
Jangan heran, jika transaksi digital pun meningkat selama pandemi. Mereka yang sudah duluan hijrah ke online seperti onlineshop dan para abang kurir pun, menikmati berkah dari pandemi ini. Sungguh luar biasa. Masak sih kamu tidak tertarik, untuk ikut menangguk cuan dari ranah digital?
So, tunggu apalagi. Yuk, segera hijrah ke online!
Tips Persiapan Meng-online-kan Usaha Kamu
Buat kamu yang ingin meng-onlinekan usaha ataupun jasa kamu, berikut tips-tipsnya.
1. Perkuat brand image usaha atau jasa
Kamu harus memilih satu saja jenis usaha atau jasa yang ingin dijual. Lalu fokuslah di sana. Masuk ke dunia online, berarti masuk ke dunia marketing yang sebenarnya. Ada brand yang harus kita jual.
2. Miliki nilai lebih
Nilai tambah apa yang ingin kamu berikan kepada pelanggan. Apakah garansi produk jika cacat, bayar di tempat (COD), layanan jemput naskah, jaminan pesanan sampai 1 jam atau yang lainnya. Jangan biasa-biasa saja.
Inti dari bisnis bukanlah mencari keuntungan semata, namun juga ada nilai pelayanan maksimal kepada konsumen di dalamnya. Guru marketing pernah bilang, apa yang kita tanam hari ini akan kita tuai di kemudian hari. Jika bibit baik yang kita tanam, maka insya Allah buah manis yang akan kita petik. Namun jika, attitude buruk kita berikan ke konsumen, maka jangan heran order kamu akan sepi.
3. Riset keyword
Jika sudah cukup kuat. Lakukan riset keyword terkait usaha kamu. Riset ini bisa untuk kebutuhan nama brand yang akan kamu gunakan, bio akun sosial media kamu, hashtag apa yang akan kamu gunakan, hingga untuk mengisi konten blog website kamu.
Walaupun ini alternatif - karena aktivitas utama kamu adalah bisnis. Adanya konten blog yang relevan dengan usaha kamu, akan semakin menunjukkan bahwa kamu memang benar-benar menguasai bidang tersebut. Sediakan waktu untuk sekedar memberikan tips-tips menarik, baik untuk blog maupun untuk akun sosial media kamu.
4. Buat akun sosial media dan percantik tampilannya
Jika memutuskan untuk terjun secara online, maka kita harus sedikit berkorban untuk 'puasa' memposting yang unfaedah apalagi yang berbau SARA. Jauh-jauhin dah!
Ingat ya, netizen +62 itu julidnya minta ampun. Jejak digital kamu akan menjadi clue bagi mereka kaum julid (plus kompetitor hitam), untuk membunuh bisnis kamu, saat mereka tidak senang.
So, lebih baik hindari memposting yang terkait politik, SARA ataupun kehidupan pribadi orang lain.
Lebih baik jika kamu mulai membangun branding dengan membuat nama akun sosmed sendiri berdasarkan riset keyword kita di atas. Lalu, percantik bio, gunakan hastagh yang relevan, dan mulailah posting konten-konten menarik.
Contoh menarik, bagaimana mempercantik bio kita di instagram, bisa dilihat punya blogger pritahw di bawah ini:
Sumber :instagram.com/pritahw |
Selanjutnya, gunakan foto yang bagus yang relevan dengan jualan kita. Tujuannya adalah menciptakan kesan profesional dari akun kita. Syukur kalo bisa pakai foto jepretan kamera sekelas DSLR. Tapi buat yang belum punya, saat ini sudah banyak tips kok cara foto produk profesional bermodal kamera smartphone saja.
5. Pilih domain dan hosting berbayar
Mengapa harus berbayar, jika ada yang gratisan?
Begini. Saya pribadi, kalo lagi nyari rekanan jasa di internet, pertama adalah melihat domain yang digunakan. Jika masih domain gratisan, maka saya akan sisihkan dulu. Saya prioritaskan yang sudah menggunakan domain TLD (top level domain). Lalu lihat kualitas webnya. Mudah saja, melihat seseorang apakah serius dalam menjalankan bisnisnya atau tidak.
Eksistensi domain menunjukkan tingkat trust di ranah digital. Urutan domain yang saya percayai, .com, .id, .net, .co.id
Baru kemudian, saya akan melihat portofolio karya yang mereka hasilkan. Kontak nomornya sambil melihat akun sosial medianya.
Untuk kamu, jika personal, saya sarankan gunakan eksistensi domain .com dan .id saja. Mahal dikit nggak apa-apa, tapi di situlah starting point kamu untuk memulai kepercayaan pertama calon pelanggan.
Semoga bermanfaat.. (*)