Seharusnya Aku..
Tetiba aku jadi melow.
Sebenarnya hal ini sudah lama bergelud di dalam benak. Mengapa aku menjadi seperti ini?
Sori, bukan mau ngebandingin dengan kisah teman-teman yang sudah pada sukses. Tapi ini menjadi trigger diri, mengapa hidupku tidak berubah dan sering merasa blangsak.
Ok, di saat teman-teman saya sudah punya rumah, rumah kedua, bahkan menjual rumah keduanya seharga ratusan juta.
Aku malah baru membangun rumah tahun 2020 lalu, dan itupun baru selesai 60% langsung ditunggui. Belum ada kusen, apalagi daun pintu dan jendela, lantai masih semen acian kasar (buat sendiri), dinding masih bata. Belum diplaster apalagi divlamir dan dicat.
Itu baru urusan rumah.
Saat teman-teman sudah punya mobil, saya masih memakai motor. Hampir butut pula. Di mana bodi mulai pecah di sana-sini, ban berulangkali bocor dan kemarin baru turun mesin karena kekeringan oli. Lama tidak masuk bengkel buat diservis maupun ganti oli.
Hutang? Jangan tanya. Kamu bisa baca di bagian ini. Udah numpuk sekian ratus juta rupiah! Dan masih sangat lambat pelunasannya.
Masalah kesenangan hidup, pemenuhan hobi misalnya? Jauh banget.
Dulu masih sempat beli-beli buku, sekarang jangankan buku, makan siang pun kadang harus dihemat-hemat, bensin kadang harus ngumpulin uang recehan hingga uang koin seratus-dua ratus rupiah. Untuk sekedar beli bensin eceran. Serius! Aku tidak bohong. Sakingnya saya sudah tidak pegang uang cash lagi.
Aku sering menangis, mengadu kepada Allah dan juga sedih berdua bersama Istri. Mengapa hidup begini susah.
Dulu, aku masih bisa mengikut tren di luar sana. Butuh laptop, dapet hadiah netbook Acer dari Ovi Nokia. Musim Blackberry dapet hape dari detikcom dan Telkomsel. Pengen Ipad, dapet dari lomba blog. Memang sih, aku tidak membeli tunai semuanya, kebanyakan dari lomba blog yang aku menangkan.
Tapi sekarang, beda jauh kondisinya. Saat musim sepeda, aku hanya manyun dan bersabar dalam hati. Karena nggak mampu beli sepeda. Iri juga lihat mereka konvoi di jalan, pakai aneka jenis sepeda mulai dari fixie, sepeda lipat, hingga MTB.
Saat yang lain bisa beli pakaian branded sambil makan-makan di mal. Aku bersama istri santuy cari baju-pakaian loakan di Pasar Cinde minggu pagi dan menahan lapar di perut biar makannya di rumah saja. Sambil mengincar alat-alat bangunan dan motor buat kanibalan. Bekas tentu saja.
Memang sih, kita beli sesuatu yang kita butuhkan saja. Bukan sesuatu yang terus-terusan kita inginkan.
Tapi bukan itu poinnya. Mengapa aku masih seperti ini? Mengapa aku belum kaya juga?
Bukankah aku dianugerahi banyak skill? Menulis, menggambar, mengedit naskah, layout buku, kartun, infografis dan lainnya.
Mengapa aku tidak kaya-kaya? Minimal bebaslah dari permasalahan kebutuhan bulanan. Tidak punya hutang dan lainnya.
Ah, mungkin saatnya aku banyak mempromosikan diri. Yang berminat memanfaatkan jasa kami, bisa kontak di sini ya : 0852 7966 1756
Tabik!